Session IV: Misi dan Realita Kehidupan

Realita Dunia Kita
Matius 9:35-38, Roma 11:36-12:2

Ketika kita mengadakan retreat, Tuhan memanggil org Kristen utk 
sejenak mundur, diperlengkapi utk kembali masuk ke tengah dunia.

Bila kita memiliki kebenaran sejati, kita dapat melihat segala 
sesuatu dgn interpretasi yang benar. Tanpa takut akan Tuhan tidak 
mungkin kita memiliki pengetahuan yang benar ini. Paulus menanamkan 
pengertian dasar bhw bila semua proses kita tempelkan pada Tuhan, 
kita dapat mengerti kebenaran dgn benar. 

Ketika kita diperbaharui, yang harus dibentuk adalah, pertama, 
adalah bagaimana kita mengerti apa yang ada di dunia ini. Tuhan 
Yesus ketika melihat orang banyak, Ia sedih menyaksikan mereka. 
Kedua, perlengkapan apa yang harus saya persiapkan sehingga dapat 
berperan tepat di dalam dunia kita. Bila kita menyaksikan dunia ini, 
teknologi memang semakin maju, tapi dunia kita sedang merusak 
dirinya sendiri.

Seorg filsuf bernama Friedrich Nietzsche menulis buku humanism yang 
meninggikan diri sendiri, namun disenangi oleh dunia. Dunia mengejar 
excitement. Dunia meneriakkan freedom, bebas dari ketergantungan 
pada Allah, menjunjung otoritas diri pada diri sendiri. Prinsip 
kedaulatan Tuhan menjadi prinsip kedaulatan diri sendiri. Ketika 
kita melihat dunia yang demikian, kita perlu melihat mereka dengan 
visi yang sama dengan Tuhan Yesus. Mereka adalah orang2 terhilang. 
Ada beberapa aspek yang dikembangkan oleh mereka: 1)dunia kita 
diwarnai dengan filsafat trend religius filosofis (post-modern & 
new-age). Renaissance muncul dgn tokoh2 Michael Angelo, Leonardo da 
Vinci dsb menggeser religi kepada humanism. Lukisan Monalisa dilukis 
utk menggeser kedaulatan Allah kepada kedaulatan manusia. Sebelum 
Monalisa, lukisan2 bertemakan religius, mengarah ke atas, dengan 
background religius. Tapi, lukisan Monalisa, melihat ke bawah, 
dengan background taman, merupakan satu figur yang menyatakan 
berhentinya semua nuansa keagamaan dgn lahirnya satu filosofi baru, 
yaitu Renaissance. Pd abad 17, masa Enlightment menyatakan manusia 
sudah dewasa. Manusia sudah mengerti segala sesuatu sehingga tidak 
perlu Allah (evolusi agama). Tapi di abad 20 pertengahan, muncul 
gerakan baru yang melihat kembali agama2 kuno, mistik. New Age 
menyediakan mistik sinkretis dan pseudo science (pengetahuan semu E
ilmiah yang sudah menerobos alam meta, yg sebenarnya bukan wilayah 
ilmiah). Tujuannya adalah manusia mau menjadi allah. Lambang New Age 
(piramid) melambangkan “I am on the topEyg ternyata menggunakan 
ayat Alkitab, Mazmur 82:6. Padahal ayat ini tidak mengatakan manusia 
sebagai allah, ayat ini konteksnya bicara kepada allah-allah palsu. 
Ajaran New Age telah bersinkretis ke Hindu (Sai Baba), ke Budha, ke 
Islam (tapi ditentang oleh Islam aslinya), juga ke Kristen. Ini 
adalah filsafat, bukan religi. Di setiap zaman, kekristenan banyak 
ditantang oleh filsafat, namun banyak org Kristen juga yg 
terpengaruh oleh filsafat2 yang ada. Filsafat manusia basisnya 
adalah humanisme. Kita perlu kritis terhadap filsafat2 yang ada, 
bukan sebaliknya menjadi penganut filsafat dunia. 

Berikutnya, kita akan melihat Trend Etika. Moralitas modern karena 
kehilangan standar mutlak, mengajarkan etika itu tidak mutlak, 
tergantung sikon. Hal ini dikembangkan oleh Joseph Fletcher. 
Situation Ethic adalah etika yang harus mempertimbangkan situasi 
sebagai penentu etika kita. Situation Ethic berbasis pada humanism, 
tidak mengenal pengorbanan diri. Dgn kondisi ini, kebenaran menjadi 
bersifat subyektif. Akibatnya semua struktur moral menjadi hancur di 
zaman ini. Definisi moral yang baik bagi dunia adalah manifestasi 
egoisnya manusia. 

Aristotle membicarakan kebajikan secara hampir menyeluruh. Baginya 
kebajikan sejati itu ada karena konsep kebajikan itu ada; karena 
konsep kebajikan sejati itu ada maka ada realita kebajikan. Menurut 
Aristotle, kebaikan sejati itu adalah kalau kebaikan itu saya 
lakukan dengan motif utk kebaikan itu saja dan hasilnya utk kebaikan 
itu saja. Secara kalimat negasi, kebaikan yang motifnya bukan hanya 
utk kebaikan itu, maka itu adalah kejahatan. Kekristenan mengatakan 
kebajikan itu ada, dan Allah adalah kebajikan itu. Aristotle tidak 
sanggup menyelesaikan bagaimana kita dapat berbuat baik. Kekristenan 
telah menyelesaikan hal ini. The True Goodness hanya dicontohkan 
pertama kali oleh Kristus ketika Dia turun ke dunia menebus dosa. 
Kita diberikan keselamatan secara free, karena bila tidak, kita 
terjepit oleh teori Aristotle ttg kebajikan ini. Maka, ketika kita 
berbuat baik, kita tidak perlu mempunyai motivasi selain utk 
kebaikan itu sendiri. Etika kita harus bersandar pada moralitas yang 
absolut, standar Tuhan.    


Kembali ke Menu Ringkasan Khotbah Retreat GIII Tokyo 2001: