Dalam hidup ini, ada 2 hal yang menjadi dorongan untuk kita hidup dengan bergairah: Tujuan dan Arah yang Jelas & Nilai. Ketika kita mengejar sesuatu yang begitu bernilai, kita akan memiliki kegairahan hidup. Filipi 3:7-14 menyatakan bahwa Paulus dulu berpikir bila ia dapat mencapai pola pikir yang terbaik, ia berhasil. Paulus telah menjadi farisi ketika baru berumur 30-an. Tapi begitu ia mengenal Tuhan, ia mendapatkan value system yang jauh lebih mulia. Sebelum ia mengenal Kristus, ia tidak mengerti akan nilai yang tertinggi ini. Ketika berbicara ttg nilai, kita perlu mengerti ttg Axiologi. Axiologi adalah bagaimana kita menilai nilai. Nilai adalah nilai, tapi apakah ia bernilai. Bila kita salah menilai nilai, kita akan tertipu. Kita tertipu karena kegagalan kita menilai nilai. Ketika kita mengejar sesuatu, hidup kita pertaruhkan utk sesuatu, sadarkah kita kenapa kita melakukan itu. Paulus mengerti bahwa ketika kita hidup utk Tuhan, itu adalah the highest value utk hidup kita. Ketika mempelajari ttg Axiologi ini, mari kita pikirkan perumpamaan ini. Katakanlah kita punya 1 kg emas dan 1 mangkok rawon (makanan yg warnanya hitam). Ketika kita menunjukkan ini kepada seekor anjing, maka ia akan memilih rawon itu. Karena anjing tidak dapat membanding antara keduanya. Axiologi harus dilihat dari 2 sudut: 1.intrinsik: nilai di dalam dirinya sendiri 2.ekstrinsik: nilai yg diberikan subyek penilai kepada obyek nilai. Buat anjing itu, ia menilai secara ekstrinsik. Secara intrinsik, emas lebih bernilai dibanding satu mangkok rawon. Satu hal yang harus kita mengerti adalah nilai intrinsik tidak diganggu oleh subyek penilai. Matius 16:26 berbicara ttg nilai intrinsik suatu nyawa. Allah mengutus Anak-Nya ke dunia, karena harga yang Dia mau bayar terlalu mahal. Harga sebuah nyawa terlalu mahal. Kalau bukan suatu nilai yang begitu mahal, Allah tidak akan menjadi manusia, meninggalkan takhta-Nya menjadi manusia, bahkan menjadi budak(Filipi 2). Hal ini merupakan suatu penderitaan yang luar biasa. Pencipta turun jadi ciptaan (penderitaan ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan seorang manusia diturunkan jadi seekor anjing). Di sini kita dapat melihat betapa begitu mahalnya nilai hidup kita. Betapa menyedihkannya kita, bila kita menyia-nyiakan hidup yg begitu bernilai ini. Paulus yang mengerti nilai hidupnya ini, ia mengarahkan seluruh hidupnya utk Kristus. Teleologi = hukum relasi pencipta-ciptaan (Telos=tujuan) Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta menurut tujuan/maksud pencipta, dirancang oleh pencipta, dijadikan oleh pencipta, hasil akhirnya utk pencipta (Yesaya 43:7). Hidup kita ada adalah untuk maksud Allah. Tujuan ini jelas. Kita perlu kembali seperti yang Tuhan tetapkan. Ciptaan bisa mengalami disfungsi. Bila ciptaan sudah tidak berfungsi spt seharusnya, ciptaan itu akan dibuang. Tuhan yang mengasihi kita adalah Tuhan yang juga menyediakan neraka. Bila manusia tidak dpt berfungsi spt seharusnya, tempat yang tepat utk kita adalah di neraka. Itulah alasan hidup ini bukan utk sembarangan. Nilai dan tujuan hidup kita yg sesungguhnya mengingatkan kita bahwa hidup kita dapat mempunyai hidup yang sangat bermakna. Betapa sayangnya bila kita buang hidup kita utk yang lain.
Kembali ke Menu Ringkasan Khotbah Retreat GIII Tokyo 2001: |